Peran Tokoh Hanoman Sebagai Cucuk Lampah Dalam Pernikahan Adat Jawa Di Desa Pulo Dogom Kabupaten Labuhan Batu Utara
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Published
Sep 20, 2025
Abstract
Penelitian ini mengkaji peran tokoh Hanoman sebagai cucuk lampah dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Pulo Dogom, Kabupaten Labuhan Batu Utara. Fenomena ini muncul akibat ketiadaan penari tradisional di kalangan masyarakat perantauan, sehingga Hanoman tokoh pewayangan yang lebih dikenal dipilih sebagai pengganti. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap peran Hanoman dalam prosesi serta makna simbolik yang menyertainya. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan etnografi, melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil menunjukkan bahwa Hanoman tidak hanya mengiringi pengantin pria dalam prosesi temu manten, tetapi juga menghibur tamu melalui atraksi akrobatik dan humor. Hanoman dipersepsikan sebagai simbol kekuatan, kesucian, dan penjaga spiritual pengantin. Musik pengiring berupa lagu tradisional seperti Ande-Ande Lumut, dapat disesuaikan dengan permintaan keluarga. Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan tokoh Hanoman merupakan bentuk adaptasi budaya yang kreatif dalam menjaga keberlanjutan tradisi lokal.
##plugins.themes.academic_pro.article.details##

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Hak Cipta :
Penulis yang mempublikasikan manuskripnya di jurnal ini menyetujui ketentuan berikut:
- Hak cipta pada setiap artikel adalah milik penulis.
- Penulis mengakui bahwa Ranah Research : Journal of Multidisciplinary Research and Development berhak menjadi yang pertama menerbitkan dengan lisensi Creative Commons Attribution 4.0 International (Attribution 4.0 International CC BY 4.0) .
- Penulis dapat mengirimkan artikel secara terpisah, mengatur distribusi non-eksklusif manuskrip yang telah diterbitkan dalam jurnal ini ke versi lain (misalnya, dikirim ke repositori institusi penulis, publikasi ke dalam buku, dll.), dengan mengakui bahwa manuskrip telah diterbitkan pertama kali di Ranah Research.
References
Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhan Batu Utara. (2023). Kecamatan Aek Natas dalam angka 2023. Labuhan Batu Utara: BPS.
Endraswara, S. (2006). Mistik Kejawen: Sinkretisme, simbolisme, dan sufisme dalam budaya spiritual Jawa. Yogyakarta: Narasi.
Endraswara, S. (2012). Falsafah hidup Jawa. Yogyakarta: Cakrawala.
Endraswara, S. (2013). Wayang sebagai media pendidikan karakter bangsa. Yogyakarta: Ombak.
Geertz, C. (1973). The interpretation of cultures. New York: Basic Books.
Hammersley, M., & Atkinson, P. (2007). Ethnography: Principles in practice (3rd ed.). London: Routledge.
Hobsbawm, E. (2006). The invention of tradition. Cambridge: Cambridge University Press.
Hobsbawm, E., & Ranger, T. (Eds.). (2006). The invention of tradition. Cambridge: Cambridge University Press.
Hutomo, S. D. (1991). Nilai budaya dalam cerita rakyat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Isyanti, E. (2007). Nilai budaya dalam tradisi masyarakat Jawa. Yogyakarta: Balai Kajian Budaya.
Kartomi, M. J. (1990). On concepts and classifications of musical instruments. Chicago: University of Chicago Press.
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Lestari, W. (2022). Estetika tari dalam prosesi adat Jawa: Studi kasus cucuk lampah di Surakarta. Jurnal Humaniora, 34(2), 99–110. https://doi.org/10.22146/jh.v34i2.2022.99-110
Lincoln, Y. S., & Guba, E. G. (1985). Naturalistic inquiry. Newbury Park, CA: Sage Publications.
Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldaña, J. (2014). Qualitative data analysis: A methods sourcebook (3rd ed.). Thousand Oaks, CA: SAGE Publications.
Moleong, L. J. (2019). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prabowo, H. (2017). Simbolisme dan nilai filosofis dalam prosesi pernikahan adat Jawa. Surakarta: UNS Press.
Santosa, I. (2020). Pelestarian budaya Jawa oleh komunitas transmigran di Kalimantan: Studi etnografi. Jurnal Masyarakat dan Budaya, 22(3), 403–417. https://doi.org/10.14203/jmb.v22i3.2020.403-417
Schechner, R. (2006). Performance studies: An introduction. New York: Routledge.
Soedarsono. (1986). Jagad wayang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Soedarsono. (2002). Seni pertunjukan Indonesia di era globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Soemardjo, J. (2003). Wayang: Sebuah kajian filsafat, estetika, dan psikologi. Bandung: Penerbit STSI Bandung.
Spradley, J. P. (2006). Metode etnografi (Misbah Zulfa Elizabeth, Trans.). Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sugiyono. (2017). Metode penelitian kualitatif, kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumarsam. (1995). Gamelan: Cultural interaction and musical development in Central Java. Chicago: University of Chicago Press.
Tilaar, H. A. R. (2002). Perubahan sosial dan pendidikan: Pengantar pedagogik transformatif untuk Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Turner, V. (1969). The ritual process: Structure and anti-structure. Chicago: Aldine Publishing.
Yudhanto, B. (2019). Komunikasi simbolik dalam praktik cucuk lampah: Studi kasus pada komunitas Bregada Dipoyudhanto di Yogyakarta. Jurnal Komunikasi dan Budaya, 6(1), 71–86. https://doi.org/10.31294/jkb.v6i1.2019.71-86